Senin, 06 Mei 2013

Hijab | Bagiku, Berhijab Bukan Hal Yang Istimewa

Assalamualaikum!! ^^
sumber

Hi, Qonitas :D
Tahu hijab kan? Tau doong. Whatever lah apa namanya, hijab, jilbab,  kerudung, Itu cuma 'istilah' bagi aku (sekali lagi, bagi aku :D). Walaupun sebenarnya masing-masing penamaan jilbab, hijab, khimar, sampai burqa punya terminologi sendiri-sendiri menurut bahasa arab. Tapi, kita gak akan bahas itu semua sekarang
Aku cuma mau menerangkan pandanganku mengenai pengalamanku berhijab, Bahwa hiijab bagiku bukan sesuatu yg istimewa. (eits, jangan panas dulu, ya, hehe)

Betul, Hijab bagi aku bukan sesuatu yang istimewa namun hijab sangatlah penting sehingga aku tidak bisa melepaskannya sampai sepanjang hayatku.

Koq bisa, gak istimewa tapi itu penting buat kamu??


Sumber
Memang, setiap yang istimewa pasti penting, tapi gak semua yang penting itu istimewa. Kalian pernah nonton Sweet Rain yang diperankan oleh Takeshi Kaneshiro? Filmnya rame deh, direkomendasikan buat kalian yang demen sama J-Movie.
Di akhir-akhir cerita, ada narasi yang kira-kira begini redaksinya, "...Seperti Matahari. Kehadirannya tidaklah istimewa karena kita akan selalu merasakan kehangatannya di setiap pagi hingga sore. Namun, kemunculannya begitu penting untuk manusia dan alam bumi yang disinarinya untuk terus tetap hidup..."
Nah, begitulah kira-kira maksudnya...

MENGAPA HIJAB TIDAK ISTIMEWA BAGIKU?
Hijab memang tidak istimewa bagi aku. Mungkin karena pengalamanku berhijab sedikit berbeda dengan para muslimah berjilbab lainnya. Beberapa muslimah lain mungkin memiliki cerita yang begitu mengesankan mengapa mereka memutuskan untuk berhijab. Ada yang diberi hidayah lewat mimpi, ada yang terisnpirasi dari ini-itu, ada yang tersadar lewat ayat-ayat Allah dll. Intinya, betul-betul berjilbab karena hidayah dan kesadaran pentingnya berjlbab. Dan perjuangan untuk berhijab bagi sebagian muslimahpun banyak yang luar biasa. Ada yang awalnya dilarang orangtua untuk menutup aurat, ada yang setelah berjilbab dikucilkan, dikeluarkan dari sekolah, tidak mendapat pekerjaan-pekerjaan tertentu yang ia mau, dll

Tapi, aku  tidak memiliki pengalaman yang berkesan dan perjuangan yang luar biasa dalam berhijab. Hijab bagi aku adalah sesuatu yang sangat amat biasa. Seperti suatu siklus kehidupan laninnya.

Aku berjilbab sejak masuk SMP, ya kira-kira usia 11-12 tahun ya. Jujur aja, itu disuruh orangtua. Tapi karena aku termasuk anak yang manut, jadi gak ada tuh pemaksaan untuk menutup aurat. Damai-damai aja. Tapi, meskipun aku termasuk anak yang nurut-nurut aja, tetep aja ada tuh yang namanya perasaan malas, ada penolakan juga, rasa bosan dan rasa-rasa negatif lainnya. Maklumlah namanya juga abege, kepengennya bebas sebebas-bebasnya.

Tapi orangtuaku emang ngertiin banget psikis anak-anaknya. Proses awal mula aku berhijab pun gak langsung 'brek' nutup semua dari ujung rambut sampe ujung kaki. Enggak. Orangtuaku ngerti, semuanya harus pelan-pelan dan butuh adaptasi.

Awal aku pake hijab, aku pake kerudung instan (berego) dan masih suka gerah-gerah kalo buat main/hangout. Btw, sebenarnya pake hijab itu gak gerah sama sekali, tapi dulu itu aku emang anak-anak yang superaktif jadi ya dikit-dikit keringetan, :p. Nah, kalo udah kepanasan aku izin sama Mama buat lepas kerudung dan gak dilarang. Trus, kalo keluar sekitar rumah masih boleh pake baju-baju pendek, gak kerudungan, dll. Tapi kalau jalan-jalan jauh, ngaji, sekolah dll harus pake. Tapi tetep deh masih lepas-pake-lepas-pake... ><

Pokoknya aku belum teratur banget pake hijab sampe pas udah mulai haid (usia 14-an), orangtua ngasih pengertian kalo hijabku gak boleh dilepas-lepas lagi selain di depan mahrom/muhrim,. Tapi, karena udah lewat masa adaptasi jadinya gak masalah, akhirnya gak pernah lepas-pake lagi. Dan, rasa-rasa negatif di hati seperti penolakan, dll udah gak ada lagi.

Jadi, yang sangat berperan agar aku ini bisa konsisten berjilbab ya Mama. Proses ku pake kerudung sampe betul-betul berkerudung itu emang Mama yang nemenin. Emang Mama tuh nyokap yang sabar banget ngajarin anak-anaknya, gak pake galak. Semuanya betul-betul perlahan.

  • Dari yang sebelum 'dapet' kerudung masih boleh lepas pake sampai gak boleh lepas-lepas lagi kalau keluar rumah, 
  • Dari masih boleh pake hijab pendek-pendek, baju masih boleh ketat-ketat, sampai pas SMA aku harus pake kerudung yang panjang, baju jangan ketat, dan transparan.
  • Dan proses berhijabku yang terakhir yaitu harus menutupi kaki. Yup, terakhir yang Mama ajarin itu menutupi kaki dengan kaus kaki. Kata mama, kalau udah berhijab sejauh ini jangan setengah-setengah lagi, tutupi semua yang harus ditutupi, berjilbablah secara syar'i (karena kaki pun termasuk aurat)

Sebenarnya keluargaku itu bukan keluarga kiayi, ustadz, atau yang anak-anaknya kuliah jurusan agama semua (malah hampir semua umum). Trus bukan juga yang cewek-ceweknya pake kerudung lebar-lebar banget apalagi cadaran. Kita masih boleh kok buat mengikuti mode hijab, karena bentuk hijab yang digunakan itu adalah permasalahan khilafiah. Asalkan tetep mematuhi aturan berhijab, seperti:
  1. Tertutup semua kecuali wajah dan telapak-pungggung tangan. (So, kaki juga aurat --> ini sering dilupain).
  2. Jilbab/Hijabnya terjulur menutupi dada. Mau dililit, dimacemin, lurus-lurus aja, gitu-gitu aja, apapun caranya hijab harus terjulur menutupi dada. Mau cadaran? Boleh juga, bagus tuh, lebih ketutup :)
  3. Gak ketat/membentuk lekukan tubuh,
  4. Gak menyerupai pakaian lelaki (yekali mau pake baju koko sama sarung?)
  5. Gak transparan (memperlihatkan warna kulit). Tapi ini bukan berarti kita gak bisa pake outfit yg transparan. Misalnya kalian pake sejenis cape, cardy, dan sebangsanya yang sedikit transparan misalnya dari bahan chiffon, brokat, dll. Boleh aja, asalkan... Itu digunakan sebagai luaran (outer), dalemannya (inner) harus betul-betul tertutup. Intinya, tidak memperlihatkan warna kulit.
  6. Gak pake pakaian yang bisa jadi pusat perhatian (tapi point ini sungguh2 relatif)
  7. Diniatkan hanya untuk Allah, bukan sekedar ngikutin tren. 
  8. Tidak menyerupai kaum non-muslim. Misalnya, kerudungnya tidak menyerupai kerudung para Biarawati.
Ya, sebenarnya emang my family bukan keluarga yg agamis banget. Maksudnya, bukan keluarga yang menerapkan jadwal ibadah yang ketat, misalnya puasa sunnah, sholat tahajjud tengah malem, baca quran, rajin umroh dll. Gak, kita jarang banget melakukan ritual sunnah. Tapi... keluarga ku ini emang strict dalam ibadah-ibadah yang wajib dilakukan (Ibadah Mahdhah). Ya kayak sholat 5 waktu, gak boleh bolong, Kalau puasa Ramadhan ya harus puasa, wajib belajar ilmu agama yang lurus dan shahih meski jurusan pendidikannya umum semua. Dan salah satu yang wajib, ya kewajiban menutup aurat buat anak-anak cowok dan cewek (FYI, yang harus nutup aurat gak cuma cewek ya, anak-anak cowok  di rumah kami juga harus nutup aurat, gak seenak udelnya pake celana pendek di atas lutut! Hihi).

Trus, karena aku diajarkan untuk berhijab sejak kecil, diajarkan juga gimana caranya MERAWAT RAMBUT Ini penting banget! Duh... kalo gak diajarin dari kecil gimana rawat rambut yang berjilbab, bisa-bisa ya rusak dong rambut. Jadi, Mamaku:
Shampoo Natur yang udah tahunan ku pakai. Udah ratusan botol sedang aku habiskan, cocok banget. Aku pun pake tonernya dan conditionernya.
  • Minyakin sambil pijet-pijet rambut anak-anaknya pake minyak kemiri tiap seminggu sekali sama cemceman, yang meski baunya aku gak suka banget tapi sukses bikin rambutku lebat dan hitam sampai sekarang. Alhamdulillah.
  • Kemudian, nyuruh keramas setiap hari! Wow, gak takut rambut rusak tuh? Sama sekali enggak, buktinya sampe sekarang rambutku gak rusak karena keramas hampir tiap hari (2-1 hari sekali). Waktu kecil, keramas tiap sore itu wajib banget buat aku, apalagi tipe rambutku ini berminyak. Ditambah aku dulu aktif banget, cepet keringetan. Jadi aku selalu usahakan rambut ini bebas dari lepek. Aku gak suka kalau rambut minyakan... :P
  • Kasih peringatan: Jangan pakai jilbab saat rambut basah sehabis keramas apalagi diiket! waaaa.... kasian rambutmu, jeng! Kalau emang mau pake kerudung habis keramas ya di keringin dulu pake hairdryer... Tapi, kalau gak keburu waktu gimana?---> Lha, yang namanya cantik itu harus disiplin, sebagai perempuan harus bisa menghitung-hitung waktunya, kapan dandan, kapan selesai, kapan perginya dll gitu. OK ^^
Trus, pas anak-anak ceweknya udah rada gedean, Mamaku:
  • Ngajak Creambath di salon.atau di rumah sekitar 2-3 minggu sekali --> Ini paling seru, sekalian dipijet2 ahaha.
  • Ngasih tahu hair treatment apa aja yang harus dipake: Toner/tonic, conditioner, serum/vitamin, dll
  • Ngasih tahu tips tentang rambut: Macem-macem sisir, cara nyisir, rambut kalo berjilbab jangan terlalu kencang diikat, kalau di rumah udah lepas kerudung jangan pake iketan rambut, dll
Walah, banyak juga ya kalau ditulis, hee. Jadinya, kebiasaan tersebut kebawa sampai sekarang. Kalau dibaca keliahatannya ribed banget ya? Tapi kalau dijalanin enggak ribed sama sekali, mungkin karena terbiasa. Nanti lain kali akan ku posting tentang ritual perawatan rambut (ku) untuk rambut yang berjilbab, OK! :D :D

Jadi buat muslimah yang masih belum berjilbab, bukan alesan lagi emoh berkerudung karena takut rambutnya rusak. Karena aku sendiri udah ngebuktiin, dengan perawatan yang optimal, rambut gak akan rusak karena jilbab.

Back to topic.

Nah, negrti kan maksudku kenapa jilbab bukan sesuatu yang istimewa bagi aku? Karena ya jilbab itu biasa saja, seperti kacamata yang hampir setiap saat ku pakai (FYI aku ini berkacamata, minusnya lumayan tinggi, gak bisa lihat sempurna tanpa alat bantu). Jadi betul-betul udah jadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, setiap hari pake jilbab, kalau beli baju ya gak lupa beli jilbabnya, dll...


TAPI HIJAB/JILBAB SANGATLAH PENTING...
Betul, meski tidak istimewa, menutup aurat itu penting sekali untuk ku. Mengapa penting, karena hijab itu seperti sholat 5 waktu, wajib dilakukan dan dengan berjilbab menunjukan suatu bukti ketaatan kita kepada Sang Pencipta.

Menurutku, kecantikan seorang Muslimah belumlah lengkap tanpa menutup aurat. Sehingga, pengalamanku berjilbab pun akan ku post lewat Halal Beauty Blog ini. Karena bagiku salah satu letak kecantikan cewek muslim adalah pada jilbab.

Sebagaimana berjilbab yang merupakan kewajiban setiap muslimah, para muslimah yang memutuskan untuk tidak berjilbab pun itu hak mereka. Aku bukan ustazad atau daiyah yang memerintahkan setiap muslimah untuk tutup aurat, bukan pula orang yang mencibir muslimah yang belum menutup auratnya sampai yang buka-bukaan. Tiada yang berhak menjudge keburukan seseorang selain Tuhan, kita sebagai manusia hanya mengingatkan.TETAPI hendaknya setiap muslimah mengetahui dulu, kalau menutup aurat adalah perintah Allah sebagaimana Sholat 5 waktu. Tahu aja dulu seperti apa teorinya (belajar dulu gitu), apa keuntungannya berjilbab, apa konsekuensinya bila memilih tidak berjilbab, setelah itu keputusan ada di tangan masing-masing. 

Misalnya, salah satu adikku yg cewek dulu gak mau disuruh berhijab oleh orangtua kami. Tapi orangtua tidak memaksa, yang penting adikku yang itu tahu dulu seperti apa teori tentang menutup aurat (seperti apa dalil-dalilnya), keuntungan, konsekuensi, dll. Kemudian pelan-pelan diajak dulu dan diberi contoh. Setelah itu, biar dia yg memutuskan mau pakai atau tidak dan biar Allah yang beri dia hidayah. Begitu. Mengapa orangtuaku tidak memaksa? Karena menutup aurat itu, urusan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Jadi, biar adikku sendiri yang bertanggung jawab atas pilihan yang ia ambil. Beres. ^^

Kembali kepada pentingnya berjilbab. Kalau buat aku, pentingnya berjilbab yang cuma satu: Bukti Ketaatan. Titik. Bukan takut dengan ancaman pelecehan sexual (meski ini salah satu fungsinya menurut dalil), bukan karena sekedar ikut-ikutanan trend fashion (meski boleh banget ngikutin tren asalkan syari), dan sebagainya. 

Nah, Qonitas, begitulah makna hijab/jilbab/kerudung bagi kehidupanku: tidak istimewa, namun sangat penting.

Nah, bagaimana Hijab menurut perspektif para Qonita sekalian??

Wa Allahu A'lam

Love, Momzhak

Hijab | Bagiku, Berhijab Bukan Hal Yang Istimewa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: sa

0 komentar:

Posting Komentar