Senin, 02 September 2013

Hair Care | Sharing Perawatan Rambut Rutin (Plus Short Reviews)


 Assalamualaikum.

Tadinya, aku mau kasih judul 'Perawatan Rambut Berhijab'. Tapi, dipikir-pikir enaknya sharing haircare routine ku aja kali ya? Lagian, perawatan rambut yang berhijab sama yang enggak, rata-rata sama aja, kok. Kalau dibilang lebih ribed-enggaknya, itu relatif menurutku. Plus beberapa short review, ya..

Dan, sebelum masuk ke sharing tentang hair care-ku dan yang lainnya, aku mau cerita seputar karakter rambut ku dan masalah rambut yang paling sering aku alami. Kali aja, ada blogwalkers  yg senasib sepenanggungan, hehe.

Karakter & Kondisi Rambut
  • Tipe kulit kepalaku normal to oily. Menyesuaikan dengan kulit wajahku yang tipe berminyak. Biasanya, jenis kulit kepala itu emang gak jauh berbeda dengan tipe kulit wajah.
  • Tekstur rambutku ini gak lurus, gak keriting juga. Bergelombang mungkin, ya? Kata mamaku, tipe rambut anak-anaknya 'ikal mayang', pernah denger istilah itu ga? Aku juga baru denger dari mamaku aja, hehe. Tapi gelombangnya cuma keliatan kalau rambutnya panjang. Kalau pendek sih seakan-akan kayak rambut lurus biasa. Ada yg punya jenis rambut macam ini? 
  • Warna hitam pekat. Aku suka berambut hitam, sampai sekarang belum terpikir untuk hair-coloring. Rambut hitam membuat wajah kelihatan lebih bright, IMO ^^
  • Aku jarang berambut panjang, biasanya pendek bawah telinga s.d bahu. Kenapa? Lanjut aja deh bacanya, :P
  • Kondisi rambutku ini masih terbilang 'virgin', belum diperawani oleh berbagai macam alat-alat rambut berat dan unsur kimiawi yang keras, alias belum pernah hair-coloring, hi-lite, smoothing, catok, dll. Cuma hairdryer-blow aja
  • Dan terakhir, rambutku berhijab  sejak kelas 1 SMP, cerita lengkap [click] di sini. Dan sehari-hari rambutku biasanya tertutup selama kurang lebih 10 jam

Masalah Rambut
Apa ya, kayaknya gak pernah ada masalah besar. Kalaupun bermasalah, itu temporer aja. Paling cuma susah panjang, meski dipakein ini-itu. Kata mamaku, dari kecil rambut aku ini emang bandel, udah dikasih macem-macem biar panjang, tapi lama banget panjangnya. Setahun pelihara rambut, gak sampe 10cm pertumbuhannya, sedangkan adik-adikku udah mulai potong rambut lagi karena udah terlalu panjang.  Akar rambutku emang termasuk kuat sih, jarang rontok, tapi susah mau dipanjangin. Inilah alasanku kenapa jarang berambut panjang. Karena panjangnya selalu nanggung segitu-gitu aja akibat lama tumbuh, ujung-ujungnya bosen dan potong. Ada yang gini gak sih??  T_T

Eh, dulu pernah waktu SD rambut jadi kutuan, arrgh. Gara-gara kemping pramuka 3 malam, tidur berdesakan dengan teman-teman lain. Entah siapa yg menularkan gerombolan Pediculus humanus capitis ke kepalaku, hiks. Tapi akhirnya ilang juga setelah pake anti-kutu, ditambah dicariin terus si telor-telor kutunya sama si Bibik tiap pulang sekolah. Aku jadi kesel sendiri waktu tahu rambut kutuan, soalnya kucing-kucingku aja gak ada yg berkutu, eh akunya malah kutuan. Haha. Yasudah. Anw, nulis pengalaman berkutu jadi kebawa sugesti sendiri, jadi gatel kayak ada yang jalan-jalan di atas kepala... *garuk2

Oiya, rambutku emang cepet lepek karena kulit kepala kan normal-oily, tapi bisa hilang dengan keramas rutin. Gatal di kulit kepala juga suka, tapi itu karena lagi jorok alias males keramas, lol. Misalnya, kalau lagi libur panjang, aku paling males keramas, hihi. Tapi di luar holiday, aku paling strict ngurus rambut. Intinya, kalau dirawat baik-baik, kayaknya gak ada problem apa-apa.

*****

KERAMAS
 

Frekuensi
Frekuensi mencuci rambut itu relatif, hampir gak ada batasan harus berapa hari sekali. Semua tergantung jenis kulit kepala dan aktifitas masing-masibf orang. Jadi harus dilihat case per case. Misalnya aku, aktifitas memang tidak terlalu sering berkeringat namun jenis kulit kepala normal-oily, jadi frekuensi keramasnya bisa 2 hari sekali. Atau setiap hari, kalau sedang banyak berkeringat dan saat frekuensi pengeluaran sebum kepala lagi banyak-banyaknya (misalnya pas udah mau deket-deket haid). Sejorok-joroknya 3 hari sekali, itupun rasanya udah gak keru-keruan.

Untuk mereka yang kulit kepala berminyak (apalagi ketombean) dan aktifitas sehari-hari lebih banyak di outdoor, terpapar polusi dan debu ditambah banyak berkeringat, bisa dipertimbangkan untuk berkeramas lebih sering. Tapi, orang yang tipe kulit kepala normal, mungkin bisa saja 5-7 hari sekali baru keramas. Jadi inget, dulu punya temen sekosan, udah seminggu lebih gak keramas tapi kulit kepalanya tetep bersih dan gak lepek, kalau sering keramas malah jadi kering, sehari-hari hanya mengandalkan hair mist aja untuk meminimalisir bau matahari.

Samponya Apa?
Sampo yang kupakai Natur dan The Bodyshop Rainforest (Volume). Pake selang-seling pake atau sesuka-suka hati lagi mau pake yg mana, feel free lah. Tapi sampo Rainforest lebih boros, sebulan setengah udah habis, Tapi sangat sepadan dengan harganya. Sekarang aku lebih suka Rainforest, karena membuat rambut lebih halus dan wanginya enak. Kalau Natur aku suka karena harganya murah. Oh, aku juga lagi suka pake Pigeon Shampoo, nyoba punya my baby boy yang kulitnya super sensitif (eczema-prone). Itu sampo bayi yang sulfate-free & silicone-free yang paling mudah ditemukan (akhirnyaa...^^). Gara-garanya, shampo Chicco yang biasa dede pake hampir habis, saat itu rencananya mau beli ke dept. store (gak ada di supermarket). Kebetulan waktu itu aku ke karfur dulu, untuk cari Baby Wash Pigeon (yang biasa aku pakai buat mandi. Iya, aku yg pake! :P *yang dulu ikutin blog lamaku pasti pernah baca pos tentang sabun mandi, haha.), trus gak sengaja lihat Pigeon Shampoo, eh ternyata free silicon dan sulfate. Asiik. Dulu, sempet tuh dibeliin Mothercare sama temenku, katanya bagus buat anak yg kecenderungan alergi. Eh, pas kulihat ingredientnya, masih mengandung sulfate. Gak deh.

SHORT REVIEW | NATUR PENCUCI RAMBUT ALOE VERA
1. Dari kemasannya aku kurang suka, karena terlalu kecil, jadinya gampang nyampah. Ada sih yang ukuran guedeee, tapi aku gak pernah nemu yang varian Aloe Vera, adanya yang Gingseng. Aku suka aroma yang sekarang, lebih wangi (ada pewangi alami green tea), dulu bau jamunya amit2 deh karena memang tidak ditambah pewangi sintetis. Karena bebas sulfat, jadi busanya gak terlalu banyak. It's OK laa... bisa diulang 2 kali. Buat yang gak biasa pake sampo Natur (dan sampo non silikon lain), pasti berasa kesaaaat banget, ada sensasi 'sapu ijuk' di rambut. Itu biasa, tapi bukan kering lho...
2. Teksturnya kental, dan ada peringatan di setiap kemasannya, kalau produk ini gak boleh kemasukan air karena bisa merusak kualitasnya. Unik juga... :)
3. Sekarang udah halal, tapi aku pake ini sebelum ada label halalnya, sayang dulu variannya belum sebanyak sekarang (cuma ada varian gingseng). Sekarang ada varian urang-aring, aloe vera, olive, moringa, bahkan tea tree oil! ^^

Meski pakai Natur udah bertahun-tahun lamanya, aku rutin pakai shampo bebas-sulfat dan bebas-silikon baru kira-kira setahun lamanya. Dulu, aku pakai Natur selang-seling sama syampo merek X (yang sulfat dan silikonnya banyak). Karena saat itu, aku merasa merek X membuat rabutku lebih halus, bouncy, dan berkilau. Tapi, akhirnya aku sadar, X  membuat rambutku halus tapi sekaligus membuat rambutku mudah sekali lepek dan berminyak dan ujung-ujubfnya malah terlihat 'kempis'.

SHORT REVIEW | THE BODY SHOP RAINFOREST SHAMPOO (VOLUME)
1. Ini sampo favoritku sekarang, gapapa deh harganya lebih mahal, tapi syuka banget. Untuk varian Volume, aku udah habis 2 botol, ini yg ketiga. Sebelumnya pakai Balance, tapi bikin kering kulit kepalaku (padahal kulit kepalaku berminyak lho, mungkin karena kandungan alkoholnya??).
2. Four Free System: Bebas sulfat (dia pakai surfaktan yang berasal dari kelapa/sama kaya Natur), Bebas Silikon (untuk pelembut/anti kusutnya, sampo ini menambahkan aneka minyak tumbuh2an, makanya lebih mahal. Kalau kalian punya shampo mahal ada silikonnya, buang aja... silikon itu sebenarnya murah meriah kok, hehe), Bebas Paraben (aku sebenarnya punya pendapat yang rada2 gak mainstream dengan paraben yang katanya menakutkan. Padahal ada lho pengawet yang harus betul2 dijauhi dibandingkan paraben, hehe), dan Bebas Pewarna.
3. Teksturnya sangattt cair, lagi2 busanya sedikit karena bebas sulfat. Tapi, shampo ini lebih lembut dari Natur, karena memang mengandung aneka minyak. Dan aromanya enak banget.

Aku pernah uji coba langsung di rambutku. Pertama, aku hanya pakai shampo X saja selama 2 mingguan, hasilnya frekuaesi keramasku jauh lebih sering karena kulit kepalaku cepat berminyak dan rambut cepat sekali lepek. Tapi saat menggunakan Natur saja, kulit kepala bisa terasa segar lebih lama, aku bisa keramas 2 hari sekali, tanpa lepek, dan rambut mengembang lebih bagus. Begitupula pengalamanku menggunakan shampo bebas sulfat dan silikon lainnya.

Aku merasa tertipu dengan shampo bersilikon. Rasanya, kilau, rasa halus dan rambut yg bervolume indah seperti fantasi saja, karena tidak lama kemudian, rambut akan menjadi lebih buruk. Itu di rambutku, mungkin rambut tipe lain lebih bisa berteman dengan silikon. Konon, tipe rambut yang kering dan rusak cocok pakai shampo bersilikon, karena silikon berfungsi sebagai pelindung di bagian-bagian rambut yang rusak itu. 

Kenapa Bebas Sulfat dan Silikon?
Sebenarnya, tidak semua produk rambut bersilikon itu jelek kok. Boleh-boleh aja pakai, asal jangan berlebihan. Dan  untuk mereka yang rambutnya cenderung kering dan rusak, produk perawatan rambut bersilikon justru bisa mencegah kerusakan lebih parah dan bisa menyimpan kelembapan lebih lama.

Tapi, kalau ingin KULIT KEPALA lebih sehat sebaiknya mengurangi shampo bersilikon. Karena menurut banyak spekulasi, lapisan silikon di kulit kepala bisa menghambat nurtisi yg harusnya diserap kulit kepala dan akar rambut (bukan rambutnya). Kerugiannya memang lebih kepada kulit kepala, sih. Tapi untuk batang rambutnya sendiri, konon bisa menghalangi zat warna yang masuk saat melakukan hair-coloring.

Berbeda dengan sulfate, lebih baik dihindari deh, terutama sodium lauryl sulfate. Apalagi buat yang kulit kepalanya kering, sensitif dan kecenderungan alergi. Dan menurut beberapa studi, sulfat dikatakan sebagai salah satu biang kerok kerontokan rambut, karena mereka berkontribusi terhadap rusaknya folikel (akar) rambut. Itu katanya, tapi di sini aku cukup berbicara pengalamanku mengenai shampo bersulfat dan bersilikon.

"Pakai Sampo Bebas Silikon dan Sulfat GAK ENAK!"
Oiya, dari beberapa cerita yang kudengar, mereka yang baru memulai  menggunakan syampo bebas silikon, biasanya rambut  akan terasa 'kering', kusut, awut-awuan, ketombe, dan segala first impression yg gak banget deh. Tapi akan terasa 'normal' setelah pemakaian sampai kurang lebih satu bulan. Menurutku, kesan buruk itu wajar kok. Karena selama ini sudah dimanjakan oleh shampo-shampo bersilikon yang memberikan 'kesan' lembut dan bercahaya. Kalau ada yang ngeluh jadi ketombean, konon ketombe itu sebenarnya hasil build up silikon yang sudah menumpuk tebal di kulit kepala. Aku gak tahu masalah ketombe yang katanya hasil build up silicone yang kronis itu bener apa enggak, tapi banyak orang-orang yang mengalami itu pada awal mulanya, katanya itu semacam detox terhadap silikon.Wow, masa?

Kalau yang baru memulai menggunakan shampo bebas sulfat, biasanya akan terasa kurang bersih karena busa yang dihasilkan syampo bebas sulfat memang tidak banyak. Tapi itu cuma perasaan aja. Kayak pake syampo homemade tradisional merang (ada yg pernah bikin?), gak berbusa, tapi rambut tetap bersih dan kesat.

Lalu, bagaimana kesan-kesanku saat pertama kali menggunakan shampo bebas sulfat-silikon? Aku lupa. Soalnya pakai Natur udah lama banget. Udah gak inget gimana masa-masa adaptasinya. Dulu sih pake-pake aja, karena dibeliin si Mama. Aku juga lupa, sebelum Natur aku pakai shampo apaan. Tapi, karena aku pernah pakai selang-seling sama Shampo X tadi, jadi bisa deh sedikit membandingkan untung ruginya pakai jenis 2 shampo yang berbeda. Yah, seperti yang udah aku ceritain tadi.

KONDISIONER
Pakai kondisioner setelah bersyampo kayaknya udah wajib deh buat aku. Mungkin karena udah ritual, jadi kalau gak pake ada yang kurang. Apalagi sampo Natur kurang lembut (meski gak bikin rambut kering), jadi buat pelembutnya harus pake kondisioner lagi.

Yang Dipakai?
Aku pakai kondisioner dari Natur juga, varian urang-aring. Salah satu kondisioner lokal silicone-free favoritku. Suka banget sama produk Natur, dari sampo sampe kondi, cocok semua di kepalaku... :)

SHORT REVIEW | NATUR CONDITIONER URANG ARING
1. Pakai varian urang-aring biar rambut tambah item ^^ Aku suka banget sama cewek yang rambutnya hitam legam, apalagi panjang.
2. Teksturnya thick sekali, tapi gak lengket/bikin lepek dan gak selicin kondisioner lain (mungkin karena bebas silikon). Aromanya biasa saja, ada sedikit bau green tea yang tidak terlalu menyengat.
2. Cinta deh sama produk halal, apalagi kalau udah cocok banget kayak ini. Cupppppssss....
  
Cara Pakai
Untuk kondisioner, aku pakai tanpa mengenai kulit kepala. Didiamkan sesaat, baru bilas sampai bersih.

TONIK
Hmm, ini sebenarnya gak masuk rutinitas perawatan rambutku, karena aku terbilang jarang menggunakan tonik. Karena kulit kepalaku cukup sensitif dengan produk rambut beralkohol. Reaksi di kulit kepalaku biasanya kering dan guattal. Apalagi tonik rambut biasanya berkadar alkohol tinggi.

Tonik yang kupakai?


SHORT REVIEW | NATUR TONIK RAMBUT ALOE VERA
1. Lidah buaya memang bermanfaat untuk menyuburkan rambut. Pakai ini, aku gak ngerasa rambutku tambah panjang, tapi anak2 rambut/rambut baru ku mulai bermunculan. Aroma jamunya tetap tercium, meski sudah diberi pewangi alami greentea, no problem, aku suka aromanya :)
2. Aku paling suka hair tonik yang bibir botolnya meruncing, jadi bisa langsung kena kulit kepala, gak meleber2 dulu ke batang rambut. Sigh.
3. Halal, alhamdulillah... :)

Gak banyak dan dari sekian banyak tonik yang kucoba, gak banyak juga yang cocok. Paling cocok sejauh ini, Natur hair tonic. Aku gak tahu berapa kadar alkohol yang terkandung, atau malah tidak mengandung alkohol? Karena memang tidak dicantumkan komposisi lengkapnya. Kalau dicium sekilas sih tidak tercium aroma alkohol yang menusuk, mungkin ada dalam jumlah kecil atau malah tidak ada (aku harus tanya langsung kayaknya). Tapi sejauh ini, cuma tonik ini yang gak bikin kulit kepalaku kering dan gatal.

SHORT REVIEW | SARIAYU TONIK RAMBUT MAYANG SARI
1. Nama tonik rambut ini mengingatkan kita kepada 'seseorang', mahaha... Meski ada alkohol dan ada ekstrak cabenya, tonik ini gak membuat kulit kepala ku teriritasi. Warnanya hijau lumut butek dan aroma jamunya lumayan tajam. Tapi bau2 ini malah sangat ku suka, karena mengingatkan masa kecilku (saat rambutku masih dirawat Mama dengan aneka jamu2an, yang dulu sempat ku benci.... :') )
2. Ew, paling gak suka tonik rambut yang bibir botolnya datar...
3. Halal juga... :)

Aku juga pakai Sariayu Mayangsari Tonik Rambut. Ini ada alkoholnya juga (plus ekstrak cabe!), tapi anehnya cocok gak bikin kering & gatal (cabe gitu!!). Aku jadi penasaran, mau nyoba produk rambut sariayu yang lain seperti Cemceman-nya... :) Kalau shamponya enggak deh, SLS nya itu lho.... :'(

Ngomong-ngomong, dulu aku pernah ngalamin kejadian buruk sama tonik rambut. Tepatnya,  tonik rambut Johnny Andrean. Itu pertama kalinya pakai toner rambut (jaman SMA) dan masih belum tahu kalau kulit kepalaku sensitif alkohol. Awal pake kok ada grenyem-grenyem di kulit kepala, gatel dikit. Besoknya kepalaku rasanya kering dan bawaan mau garuk-garuk aja. Gak lama, timbul bentol kecil di beberapa spot kulit kepala. Breakout. Gara-gara itu sempet kapok tuh pake hair-tonic manapun. Ternyata aku sensitif sama produk tersebut, karena kadar alkohol denatnya sangat tinggi, alkoholnya ada di urutan pertama dalam komposisinya *tepokjidat


SERUM/vitamin/essence/apalah...
Aku RUTIN pakai serum rambut baru akhir-akhir ini aja. Soalnya, dulu-dulu pakai serum rambut gak ada tuh yang hasilnya WUAAAHH. Ya, biasa aja gitu feelnya, pakai gak pake ya gak ada bedanya. Walaupun katanya, pakai serum rambut itu seperti investasi buat rambut kita. Memang gak langsung kelihatan hasilnya, tapi dipercaya akan membuat rambut kita jauh lebih sehat nantinya. Tapi, tujuanku menggunakan serum rambut, sebenarnya lebih kepada proteksi, terutama saat sebelum melakukan hairdrying.

Serum yang Dipakai?

SHORT REVIEW | THE BODY SHOP GRAPESEED GLOSSING SERUM
Serum ini lebih cocok digunakan untuk mereka yang memiliki rambut kering dan rusak, tapi gak masalah kalau rambutnya baik2 saja, gak akan tambah berminyak ataupun lepek kok. Bentuknya pump, dan teksturnya seperti minyak pada umumnya.
Yang kusuka: hasilnya rambut menjadi ringaaan sekali, wanginya enaaaakkk, gak lengket, dan gak bikin rambut  lepek
Yang kurang kusuka: Mengandung satu jenis silikon, so produk ini tidak akan kupakai di kulit kepala.

Tadinya aku pakai aneka merek. Pakai Ellips, Loreal, Makarizo, sama Sunsilk. Gak ada satupun dari mereka yang sampai habis ku pakai. Trus, pas lagi jalan-jalan di Makeup Alley, aku gak sengaja nemu review The Body Shop Grape Seed Hair Glossing Serum. Ternyata pas aku klik, wah ratingnya tinggi juga. Reviewnya pun bagus-bagus. Akhirnya aku penasaran buat nyoba, soalnya emang belum pernah nemu serum yang cocok. Hasilnya: cukup puas. Sayang, masih mengandung 1 jenis silikon: Dimethiconol. Tapi better lah ya, mengingat serum rambut kebanyakan telah dipenuhi dengan kandungan silikon yang lumayan banyak. 

Cara Pakaiku?
Aku biasanya pakai serum ini sebelum melakukan hair-drying, saat rambut setengah basah. Karena, sekarang aku cukup sering juga mengeringkan rambut dengan pengering, jadi butuh proteksi ekstra. Cukup 3-4 pump, kemudian oles di batang rambut. Aku gak berani oles-oles di area kulit kepala, mengingat produk ini masih mengandung silikon. Setelah rambut dikeringkan, hasilnya langsung kerasa!! Berasa kayak gak punya rambut saking entengnya, slewerr... :D Ada deh bedanya, pake sama gak pake. Dan yang penting, serum ini gak berat dan lengket dsb.

Trus, apakah serum ini membuat rambut lebih glossy (sesuai dengan namanya)? Aku gak bisa lihat bedanya. Secara, tekstur rambutku ya gitu-gitu aja, gak kering, gak kusam, gak rusak, cukup sehat, tapi ya gak berkilat-kilat juga kayak di iklan shampo XD. Namun, serum ini memang lebih ditujukan untuk pemiliki dull & frizzy hair. Mungkin jenis rambut seperti itu bisa lebih terlihat efek glossynya.

MASKER RAMBUT
Masuk ke perawatan rambut terfavorit, yeyey!! Aku emang gak terlalu suka maskeran di muka, gak rutin aja, sesukanya lah. Tapi kalau masker rambut, pasti 2-4 minggu sekali rutin aku lakuin. Meskipun untuk beberapa orang hal ini sedikit merepotkan.

Masker rambut itu  semacam deep conditioning, fungsinya menutrisi lebih intens. Sekaligus merelaksasi kulit kepala yang lelah (menurutku sih, haha). Aku bisa ngerasain bedanya, rambut yang rutin hair mask sama yang perawatannya minus hair mask. Kalau rambut di masker, lembutnya beda. Alussssss banget. Rasa-rasanya mau megangin rambut terus.

Hair mask yang kupakai?
Hmmm, pokoknya bukan hair mask yang bermerek. Sejauh ini lebih puas bikin sendiri!! Dulu sempet nyobain Pantene, Makarizo, Sunsilk, Dove, Good dll, banyak deh pokoknya. Meski yg bermerek lebih praktis, pengalamannya gak sepuas bikin sendiri. Kadang, hair mask yang kubeli ada yang membuat rambut tambah kusam, berminyak, lepek, gak seger, walaupun awalnya terasa lembut. Ini emang karena gak jodoh aja atau karena (lagi-lagi) efek buruk silikon di kulit kepalaku yang berminyak ini?

Yup, kalau diperhatikan rata-rata hairmask mengandung deretan silikon. Ini mengherankan, tujuan hair mask itu kan memberi nutrisi lebih ke kulit kepala, kalau mengandung silikon bagaimana cara nutrisi itu masuk? Mungkin masuk, tapi pastinya tidak optimal. Tapi, hair mask bersilikon mungkin memberi benefit tersendiri bagi pemilik dry & frizzy hair.

Kembali ke homemade hairmask. Ada beberapa resep yang ku pakai untuk masker rambut rumahan. Adapun campuran yang paling sering kupakai adalah:
  1. Pisang + susu + Madu
  2. Alpukat + Madu
  3. ANDALAN: Yoghurt + Madu (Efek mantab, bikinnya gampang). Aku nyebutnya masker YOHO (yoghurt-honey), hehe... Tapi gak semua orang cocok sama yoghurt lho... Ada beberapa yang malah timbul jerawat di kulitnya.
CARANYA?


DIY  | YOHO HAIRMASK (untuk satu kali pemakaian)
1. Bahannya: Madu Murni dan Plain Yoghurt
2. Campur 1 sdm Madu dan 3 sdm yoghurt (atau satu bungkus ukuran 100cc)
3. Mix!! Dan siap digunakan,
NEXT...
  • Keramas seperti biasa
  • Keringkan rambut dari sisa air dengan handuk
  • Oleskan homemade hair mask dari pangkal sampai ujung rambut. Sambil pijat-pijat
  • Biar hasilnya maksimal, tutup kepala pakai handuk hangat (jadi handuknya udah dicelup air hangat terus peras, atau handuk bersih yang disetrika panas). 
  • Biarkan 5 menit. 
  • Bilas. Boleh pakai shampo lembut atau shower hangat saja.

Nah, selesai deh perawatan rambut rutinku. Akhir kata, Sebenarnya, aku kepengen deh nyoba minyak-minyakan untuk rambut. Ada yang pernah coba-coba perawatan rambut rutin dengan minyak belum? Sejauh ini yang pernah sukses itu perawatan dengan minyak kemiri, Mamaku yang bikin sendiri (Mamaku emang demen ngerawat rambut anak-anaknya). Dan emang bagusss hasilnya, rambut jadi iteeeemm banget padahal dulu pas SD aku demen banget panas-panasan di bawah matahari.

Love, Momzhak

Hair Care | Sharing Perawatan Rambut Rutin (Plus Short Reviews) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: sa

0 komentar:

Posting Komentar